Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
Awalnya, reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom oksigen dan hidrogen. Oksidasi merupakan proses terjadinya penangkapan oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi adalah proses terjadinya pelepasan oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu proses terjadinya penangkap hidrogen. Oleh karena itu, teori klasik mengatakan bahwa
Oksidasi adalah proses penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen.
Reduksi adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen.
Seiring dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami perkembangan. Muncullah teori modern yang hingga saat ini masih dipakai. Dalam teori ini disebutkan bahwa:Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif.
Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak hanya dilihat dari penangkapan oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang sebagai proses perpindahan elektron dari zat yang satu ke zat yang lain.
Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah muatan listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion. Aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut.
1. Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0
Contoh: H2, Br2, memiliki bilangan oksidasi = 0
2. Oksigen
Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali:
a. Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1
b. Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O = – ½
c. Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2
3. Hidrogen
Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1
Contoh: dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1
Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1
4. Unsur Golongan IA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1
Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1
5. Unsur Golongan IIA
Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2
Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2
a. Jumlah bilangan oksidasi molekul = 0
b. Jumlah bilangan oksidasi ion = muatan ion
Contoh: Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3
6. Unsur Halogen
F bilangan oksidasi = 0, -1
Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
Reaksi Redoks Ditinjau dari Perubahan Bilangan Oksidasi1. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami oksidasi merupakan reduktor.
Contoh:
Fe(s) → F2+(aq) + 2e–
0 +2
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
0 +2
2. Reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami reduksi merupakan oksidator.
Contoh:
I2(g) + 2e– → 2I–(aq)
0 -1
Cu2+(g) + 2e– → Cu(s)
+2 0
NB:- Jumlah muatan di kanan dan kiri harus sama.
- Jika dalam suatu reaksi tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi, reaksi tersebut bukan reaksi redoks.
2KMnO4(aq) + 16HCl(aq) → 2MnCl2(aq) + 2KCl(aq) + 5Cl2(g) + 8H2O(l)
+1 +7 -2 +1 -1 +2 -1 +1 -1 0 +1 -2
Pada reaksi di atas, atom Mn mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +7 menurun menjadi +2, dan atom Cl dari -1 naik menjadi 0. Jadi, reaksi ini merupakan reaksi redoks. Dengan kata lain, reaksi redoks terjadi jika pada reaksi tersebut terdapat perubahan bilangan oksidasi.
1. Reaksi Autoredoks (Reaksi Disproporsional)
Dikatakan reaksi autoredoks atau disproporsional jika terdapat suatu zat yang mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi sekaligus. Dengan kata lain, zat tersebut yang mengalami kenaikan dan juga penurunan bilangan oksidasi.
Contoh :
2Na2S2O3(aq) + 4HCl(aq) → 2S(s) + 2SO2(g) + 2H2O(l) + 4NaCl(aq)
+2 0 +4Pada reaksi di atas, bilangan oksidasi atom S pada senyawa natrium tiosulfat mengalami kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi. Jadi, atom S mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi oksidasi atau disebut reaksi autoredoks.
Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4(l) → 2PbSO4(aq) + 2H2O(l)
0 +4 +2
Pada reaksi di atas atom Pb memiliki bilangan oksidasi 0 mengalami reaksi oksidasi membentuk senyawa PbSO4 yang memiliki bilangan oksidasi untuk atom Pb sebesar +2. Kemudian senyawa PbO2 yang memiliki bilangan oksidasi untuk atom Pb sebesar +4 mengalai reaksi reduksi membentuk senayawa PbSO4
yang memiliki bilangan oksidasi untuk atom Pb sebesar +2. Dapat dilihat
bahwa atom yang sama dari dua zat yang berbeda dan memiliki bilangan
oksidasi berbeda, mengalami reaksi yang menghasilkan senyawa yang sama.
Dalam hal ini zat pereduksi dan pengoksidasinya berbeda, sehingga reaksi di atas bukan autoredoks.2. Oksidator dan Reduktor
Oksidator : zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi oksidasi (pengoksidasi) atau zat yang mengalami reduksi.
Reduktor : zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi reduksi (pereduksi) atau zat yang mengalami oksidasi.
Contoh : Cu2+(aq) + Ni(s) → Cu(s) + Ni2+(aq)
+2 0 0 2+
Atom Ni bertindak sebagai pereduksi yang mereduksi ion Cu2+, sedangkan atom Ni sendiri mengalami reaksi oksidasi. Sehingga dapat dikatakan atom Ni adalah reduktor.Ion Cu2+ bertindak sebagai pengoksidasi yang mengoksidasi atom Ni, sedangkan ion Cu2+ sendiri mengalami reaksi reduksi. Sehingga dapat dikatakan ion Cu2+ adalah oksidator.
Tata Nama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi
1. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida.
Contoh:
NaCl : natrium klorida
MgO : magnesium oksida
Al2S3 : aluminium sulfida
K2S : kalium sulfida
2. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu
bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan
menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama unsurnya.
Contoh:
FeO : besi(II) oksida
Fe2O3 : besi(III) oksida
SnCl2 : timah(II) klorida
SnCl4 : timah(IV) klorida
3. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation
diikuti nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung
unsur yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion
tersebut diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-at sesuai dengan jumlah bilangan oksidasi.
Contoh:
Na2CO3 : natrium karbonat
KCrO4 : kalium kromat
K2Cr2O7 : kalium dikromat
HClO : asam hipoklorit (bilangan oksidasi Cl=+1)
HClO2 : asam klorit (bilangan oksidasi Cl=+3)
HClO3 : asam klorat (bilangan oksidasi Cl=+5)
HClO4 : asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7)
Penerapan Reaksi Redoks1. Industri pelapisan logam
Industri pelapisan logam adalah industri
pelapisan logam dengan unsurunsur lain yang meningkatkan kualitas logam
tersebut. Sebagai contoh pelapisan besi dengan seng atau krom untuk
menjaga besi dari perkaratan, melapisi tembaga dengan emas.
2. Industri pengolahan logam
Bijih-bijih logam umumnya terdapat dalam
bentuk senyawa oksida, sulfida, dan karbonat. Bijih-bijih sulfida dan
karbonat diubah terlebih dahulu menjadi oksida melalui pemanggangan.
Setelah itu bijih oksida direduksi menjadi logam.
Contoh:
Besi diperoleh dengan cara mereduksi bijih besi Fe2O3 dengan reduktor kokas (C) dalam tanur tinggi. C akan teroksidasi menjadi CO dan CO akan mereduksi Fe2O3 menjadi Fe.
2C + O2 → 2CO
Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2
3. Industri aki dan baterai
Aki dan baterai merupakan sumber energi listrik searah yang bekerja menggunakan prinsip reaksi redoks.
Reaksi yang terjadi pada aki:
Pb(s) + PbO2(s) + 4H+(aq) + 2SO42–(aq) → 2PbSO4(s) + 2H2O(l )
Reaksi yang terjadi pada baterai:
Zn(s) + 2MnO2(s)+2NH4+(aq) → Zn2+(aq)+ Mn2O3(s)+2NH3(aq)+ H2O(l )
Untuk menguji pemahaman jawablah Soal Redoks
No comments:
Post a Comment